Kamis, 21 Oktober 2010

Prolog

Saat keinginan terbesar tak mungkin tergapai
Itulah waktunya “selamat tinggal” terucap

Diciptakan dari debu dan akan kembali menjadi debu, itu adalah manusia. Diciptakan dari api, bersifat kekal dan akan dilenyapkan tanpa bekas jika ingin berakhir, itu adalah iblis. Aku, terperangkap di tengah-tengah. Terlahir dari hubungan terlarang antara seorang manusia dengan iblis. Aku makhluk yang cacat. Tak sempurna. Tak sepenuhnya manusia, tak sepenuhnya iblis. Aku tak diterima. Dibuang dari kedua kaumku. Mereka menyebutku demonim. Makhluk separuh iblis separuh manusia. Aku berwujud seperti manusia namun pertumbuhanku terhenti ketika aku menginjak usia 17 tahun.

Seratus tahun telah terlewati. Ibu manusiaku sudah lama mati. Ayah iblisku dilenyapkan karena dianggap melecehkan hukum neraka ketika aku terlahir dari rahim manusia. Kini aku sendirian. Aku menghabiskan hidup di banyak tempat, berpindah setiap kali orang-orang sekitar menyadari aku tak menua lalu kembali lagi setelah generasi berganti. Dan, aku selalu sendiri. Tak perlu susah-susah bertahan hidup karena aku kekal sekalipun darah manusia terpilih menjadi ekstasi yang menyesakkan bagiku. Darah yang tak mudah dicari. Hanya satu orang setiap 20 tahun yang terpilih untuk menjadi target buruanku. Aku tak boleh membunuh mangsaku atau aku harus memasuki masa penantian yang teramat panjang. Aku harus berjuang sendiri mencari cara agar manusia terpilih itu bersedia memberi darahnya untuk kuminum pada setiap purnama atau sebagai ganjarannya, tubuhku akan tersiksa karena sakit yang tak tertahankan.

Hukuman karena aku terlahir ke dunia.

1 komentar: